Sunday, June 7, 2009

Nuklir Bukan Solusi Energi Listrik Yang Tepat

Krisis energi yang mulai dialami di berbagai negara belahan bumi menuntut perusahaan listrik beralih pada sumber energi alternatif sebagai pengganti dan pemasok kebutuhan akan listrik jangka panjang. Revolusi energi tersebut diambil sebagai langkah antisipasi guna mengganti energi konvensional khususnya energi fosil dalam pemenuhan kebutuhan akan listrik global. Ketersediaan energi fosil yang kini mulai terbatas membuat harga di pasaran naik, menjadikan biaya operasional produksi listrik tinggi. Selain itu tidak dimungkinkan untuk bergantung sepenuhnya pada energi fosil yang diprediksi akan habis dalam beberapa puluh tahun kedepan. Di lain hal isu lingkungan juga melatarbelakangi pergantian bahan baku listrik, dimana perusahaan listrik dituntut untuk seramah mungkin terhadap lingkungan. Berbagai macam pilihan energi alternatif pun mulai dilirik oleh mereka. Salah satunya adalah energi nuklir yang di mata industri dianggap sebgai energi yang ramah lingkungan dan memilki potensi pelepasan energi listrik yang besar. Namun agaknya pendapat tersebut perlu dipertanyakan ulang nilai kebenarannya, mengapa demikian?

Sistem Keselamatan Yang Lemah
Ada dua kemungkinan bahaya fatal yang nantinya ditimbulkan setelah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) berdiri di suatu wilayah. Pertama adalah resiko kecelakaan nuklir dalam bentuk ledakan. Kecelakaan terdahsyat sepanjang masa adalah Kecelakaan Chernobyl (Ukraina Utara) pada tanggal 26 April 1986 akibat ledakan yang disebabkan kenaikan daya yang terlalu cepat dalam waktu singkat (ekskursi nuklir). Kedua adalah radiasi limbah nuklir yang merusak lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan. Diperkirakan tiap tahunnya total limbah nuklir dunia mencapai 250.000 ton dan limbah ini dapat bertahan hingga ribuan tahun mencemari udara, air dan tanah. Limbah nuklir terutama gas radioisotop dapat menimbulkan kanker tiroid yang menyebabkan kematian. Industri nuklir ingin kita percaya bila itu semua seakan-akan aman, namun faktanya PLTN masih inheren dalam sistem keamanan dan standar operasional prosedurnya.


Bukan Solusi Energi yang Ramah Lingkungan
Industri mengklaim bahwa PLTN lebih ramah lingkungan karena selama pada operasi normal tidak membuang emisi gas rumah kaca serta tidak menghasilkan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatam ex: karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, nitrogen dioksida dan asap fotokimia. Namun Kenyataan lagi-lagi membantahnya, hingga tahun 2050 dunia membutuhkan 32 PLTN baru tiap tahunnya hanya untuk mengurangi emisi 6% dari sektor listrik. Hal itu tidaklah sebanding dengan tingkat kerusakan lingkungan dari limbah radioaktif yang dilepaskan. Jadi jelas energi nuklir adalah solusi yang lamban dalam mengantisipasi pemanasan global.

Terlalu Mahal dan Lamban
Untuk mendirikan suatu PLTN membutuhkan waktu, biaya dan tenaga yang sangat besar. Dalam proses pendiriannya, satu reaktor membutuhkan waktu sekitar 10 tahun pengerjaan. Selain itu biaya pengadaan uranium bisa membengkak karena 85% pasokan uranium dunia hanya berasal dari enam negara. Uranium itu nantinya akan diperebutkan senyak 443 PLTN berlisensi di dunia. Bila cadangn uranium menipis maka mau tidak mau persaingan untuk mendapatkannya sangat ketat dan seiring kebutuhan maka harganya pun akan melonjak. Kendala lain adalah terbatasnya fasilitas dan tenaga penunjang operasional. Sampai kini hanya lima negara saja yang memiliki fasilitas pengayaan uranium dan empat negara saja yang memiliki teknologi dan para ahli yang well-qualified. Dengan terbatasnya sarana dan fasilitas penunjang energi nuklir jelas tidak memungkinkan pemerataan energi khusnya bagi negara kecil.

Solusi yang tepat bagi revolusi energi pada sektor listrik adalah pemanfaatan energi terbarukan (Renewable Energy). Energi ini merupakan energi yang secara otomatis dapat diperbaharui karena menggunakan unsur-unsur alam untuk membangkitkan listrik. Dengan memanfaatkan angin, air, cahaya dan panas bumi dengan desain yang direncanakan untuk pasokan kebutuhan listrik yang ditetapkan maka energi terbarukan lebih berpotensi menjamin kedaulatan energi tanpa ancaman zat radioaktif PLTN dan perubahan iklim akibat global-warming.

0 comments:

About This Blog

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008 | Distributed by Blogger Blog Templates

Back to TOP